Hubungan PDIP & Jokowi Memanas, Ada Apa Lagi?

Drama politik antara PDIP dan Jokowi kembali memanas, bahkan setelah Jokowi tak lagi menjabat sebagai presiden. Perseteruan ini bermula dari tudingan PDIP terkait adanya utusan Jokowi yang meminta agar dirinya tidak dipecat dari partai, serta permintaan agar Hasto Kristiyanto mundur dari jabatan Sekjen. Jokowi sendiri membantah tudingan tersebut, memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk relawan Jokowi dan politisi PDIP.

Kenapa PDIP dan Jokowi Kembali Berseteru?

Awal mula keributan ini adalah pernyataan dari Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, yang menyebutkan adanya utusan dari Jokowi yang datang pada 14 Desember lalu. Utusan tersebut, menurut Deddy, meminta agar Jokowi tidak dipecat dan Hasto Kristiyanto mengundurkan diri. Jokowi dengan tegas membantah tudingan ini, mempertanyakan apa kepentingannya mengirim utusan semacam itu. Ia bahkan merasa difitnah dan dijelek-jelekkan, namun memilih diam.

Namun, politisi PDIP lainnya, Guntur Romli, justru menuding Jokowi bersikap kontradiktif. Ia mengkritik Jokowi yang mengaku diam, padahal menurutnya, Jokowi seringkali memberikan pernyataan ke media. Guntur juga menyinggung soal dukungan Jokowi terhadap Gibran menjadi cawapres, yang dianggapnya bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya.

Relawan Jokowi pun tak tinggal diam. Mereka mengecam PDIP dan bahkan mengancam akan mendesak Jokowi untuk mengambil langkah hukum terhadap pihak-pihak yang dianggap memfitnahnya. Beberapa relawan bahkan berpendapat bahwa Jokowi memiliki kemampuan untuk menghancurkan PDIP jika partai tersebut terus menerus menyerangnya.

Sekjen Kornas Jokowi, Akhrom Saleh, menilai bahwa apa yang disampaikan PDIP terlalu berlebihan. Ia menganggap PDIP memiliki karakter dendam kesumat terhadap Jokowi. Sementara itu, Wakil Ketua Umum relawan Projo, Freddy Damanik, mengingatkan agar PDIP segera move on dari Jokowi dan berhenti menyerangnya.

Siapa Sebenarnya Utusan Jokowi yang Dimaksud PDIP?

Pertanyaan ini menjadi kunci dalam perseteruan ini. Jokowi dengan tegas meminta PDIP untuk menyebutkan siapa utusan yang dimaksud. Nggak ada (utusan), ya harusnya disebutkan siapa, biar jelas. Siapa? Siapa?, tegas Jokowi. Namun, Deddy Sitorus tidak memberikan respons terkait permintaan bukti atas tudingannya tersebut. Ketidakjelasan ini semakin memperkeruh suasana dan memicu spekulasi di kalangan publik.

Ketegangan ini mengingatkan kita pada lirik lagu Separuh Aku dari Noah:

Dan terjadi lagi
Kisah lama yang terulang kembali
Kau terluka lagi
Dari cinta rumit yang kau jalani

Seolah menggambarkan siklus perseteruan yang terus berulang antara PDIP dan Jokowi.

Apa Dampak Perseteruan Ini Bagi Politik Indonesia?

Perseteruan antara PDIP dan Jokowi tentu memiliki dampak yang signifikan bagi konstelasi politik Indonesia. Sebagai partai besar, PDIP memiliki pengaruh yang kuat dalam pemerintahan dan masyarakat. Sementara itu, Jokowi, meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden, masih memiliki basis dukungan yang besar dan pengaruh yang kuat di kalangan relawannya.

Konflik ini dapat memecah belah dukungan politik dan menciptakan polarisasi di masyarakat. Selain itu, perseteruan ini juga dapat mengganggu stabilitas politik dan menghambat proses pembangunan nasional. Masyarakat berharap agar kedua belah pihak dapat menahan diri dan mencari solusi yang terbaik untuk kepentingan bangsa dan negara.

Situasi ini juga mengingatkan pada lirik lagu Bendera dari Cokelat:

Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Ku akan selalu menjagamu

Semangat persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga, meskipun di tengah perbedaan pandangan politik.

Perseteruan ini juga memunculkan pertanyaan tentang etika politik dan tanggung jawab para pemimpin. Sebagai tokoh publik, para pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menjaga ucapan dan tindakan mereka agar tidak memicu konflik dan perpecahan di masyarakat. Masyarakat berharap agar para pemimpin dapat memberikan contoh yang baik dan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Seperti lirik lagu Rumah Kita dari God Bless:

Hanya bilik bambu
Tempat berteduh dari badai
Hanya itu yang kita punya

Indonesia adalah rumah kita bersama, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaganya.

Semoga perseteruan ini segera berakhir dan kedua belah pihak dapat menemukan titik temu demi kemajuan Indonesia.

More From Author

Dampak Teknologi terhadap Tenaga Kerja: Revolusi Industri 4.0 dan Masa Depan Pekerjaan

teknologi kedokteran itb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *