Dulu Laut di Bumi Warnanya Hijau, Bukan Biru

Lautan purba Bumi mungkin jauh berbeda dari yang kita bayangkan saat ini. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Nature mengungkap kemungkinan bahwa lautan di era Archaean, miliaran tahun lalu, berwarna hijau, bukan biru seperti sekarang.

Penelitian ini menyoroti peran penting fotosintesis purba dalam mengubah komposisi kimia laut dan atmosfer Bumi. Sebelum munculnya fotosintesis yang menghasilkan oksigen, lautan kaya akan zat besi terlarut. Organisme purba, nenek moyang alga hijau-biru modern, melakukan fotosintesis anaerobik, sebuah proses yang tidak memerlukan oksigen. Mereka menggunakan besi fero sebagai sumber elektron, bukan air.

Proses fotosintesis purba ini menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Oksigen ini kemudian bereaksi dengan zat besi terlarut di laut, mengubahnya menjadi zat besi teroksidasi. Konsentrasi zat besi teroksidasi yang tinggi inilah yang diperkirakan menyebabkan air laut berwarna hijau.

Kenapa Lautan Purba Berwarna Hijau, Bukan Biru?

Simulasi komputer yang dilakukan dalam penelitian ini mendukung teori ini. Simulasi menunjukkan bahwa oksigen yang dihasilkan oleh fotosintesis purba menyebabkan konsentrasi partikel zat besi teroksidasi yang cukup tinggi untuk mengubah warna permukaan air menjadi hijau. Perubahan ini terekam dalam formasi besi berpita, lapisan sedimen yang menunjukkan pergeseran antara endapan zat besi yang diendapkan tanpa oksigen dan zat besi merah teroksidasi.

Perubahan warna lautan ini bukan hanya sekadar perubahan estetika. Munculnya fotosintesis yang menghasilkan oksigen merupakan titik balik ekologis utama dalam sejarah Bumi. Peristiwa oksidasi besar yang dipicu oleh fotosintesis memungkinkan evolusi kehidupan kompleks di Bumi.

Selain itu, penelitian ini juga menyoroti peran pigmen fotosintetik purba, phycoerythrobilin (PEB). PEB tampaknya lebih efisien dalam menyerap cahaya hijau dibandingkan klorofil modern, terutama dalam kondisi cahaya hijau. Hal ini semakin mendukung gagasan bahwa lautan purba didominasi oleh organisme fotosintetik yang menggunakan PEB, yang berkontribusi pada warna hijau lautan.

Apa Implikasi Penemuan Ini untuk Pencarian Kehidupan di Planet Lain?

Implikasi utama dari penelitian ini adalah bahwa planet dengan lautan berwarna hijau pucat yang terlihat dari luar angkasa bisa menjadi kandidat yang baik untuk menampung kehidupan fotosintetik purba. Ini membuka peluang baru dalam pencarian kehidupan di luar Bumi, dengan memperluas definisi zona layak huni di sekitar bintang-bintang.

Penemuan ini juga memberikan wawasan baru tentang evolusi kehidupan di Bumi. Dengan memahami kondisi lingkungan purba, kita dapat lebih memahami bagaimana kehidupan pertama kali muncul dan berkembang di planet kita.

Bagaimana Penelitian Ini Mengubah Pemahaman Kita tentang Bumi Purba?

Penelitian ini menantang asumsi kita tentang bagaimana Bumi purba terlihat. Selama ini, kita cenderung membayangkan lautan purba berwarna biru seperti lautan modern. Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa lautan purba mungkin memiliki warna yang sangat berbeda, yaitu hijau.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya fotosintesis dalam membentuk lingkungan Bumi. Fotosintesis bukan hanya proses biologis, tetapi juga kekuatan geokimia yang kuat yang dapat mengubah komposisi atmosfer dan lautan.

Dengan terus mempelajari masa lalu Bumi, kita dapat lebih memahami masa depan planet kita dan potensi kehidupan di tempat lain di alam semesta.

More From Author

Kolaborasi Dahsyat yang Mengubah Dunia dan Memberikan Keuntungan Nyata

Demonstrasi Kontekstual Topik 5 Filosofi Pendidikan: Membangun Pembelajaran yang Relevan dan Bermakna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *