Nama Panji Gumilang belakangan ini menjadi sorotan publik, terutama terkait dengan kontroversi seputar kepemimpinannya di Pondok Pesantren Al-Zaytun. Di tengah perdebatan yang berlangsung, penting untuk memahami latar belakang intelektual dan riwayat pendidikan Panji Gumilang yang membentuk pemikiran dan visinya.
Artikel ini bertujuan untuk menelusuri jejak pendidikan Panji Gumilang secara komprehensif, mulai dari pendidikan dasar hingga perjalanan studinya di Timur Tengah. Memahami riwayat pendidikan seseorang dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perspektif, nilai-nilai, dan landasan pemikiran yang mendasarinya.
Masa Kecil dan Pendidikan Dasar
Abdurrahman Panji Gumilang, lahir pada tanggal 30 Juli 1946 di Desa Sembung Anyar, Kecamatan Gedeh, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang religius dan menekankan pentingnya pendidikan. Informasi detail mengenai pendidikan dasar Panji Gumilang memang tidak banyak dipublikasikan secara luas, namun dapat diasumsikan bahwa ia mengenyam pendidikan formal di sekolah dasar (SD) di sekitar tempat kelahirannya. Selain pendidikan formal, kemungkinan besar Panji Gumilang juga mendapatkan pendidikan agama dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pengalaman masa kecil dan pendidikan dasar inilah yang kemudian membentuk karakter dan minat belajarnya, yang kelak membawanya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan Menengah dan Pesantren
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Panji Gumilang melanjutkan pendidikan menengahnya. Sumber-sumber menyebutkan bahwa ia pernah belajar di beberapa pesantren, termasuk Pondok Pesantren Gontor. Kehadirannya di Gontor memberikan pengalaman berharga dalam lingkungan pendidikan Islam yang menekankan disiplin, kemandirian, dan penguasaan ilmu agama. Di pesantren, ia mempelajari berbagai disiplin ilmu keislaman, seperti fiqih, ushul fiqih, tafsir, hadis, dan bahasa Arab. Pengalaman belajar di pesantren ini sangat penting dalam membentuk pemahaman keagamaannya dan memberikan bekal untuk melanjutkan studi ke Timur Tengah.
Studi di Timur Tengah
Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, Panji Gumilang melanjutkan studi ke Timur Tengah. Menurut berbagai sumber, ia pernah belajar di Universitas Islam Madinah (UIM), Arab Saudi, dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Baghdad, Irak. Studi di Timur Tengah merupakan titik balik penting dalam perjalanan intelektual Panji Gumilang. Di UIM, ia memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan pendekatan yang lebih modern dan sistematis. Ia berinteraksi dengan para ulama dan cendekiawan dari berbagai negara, memperluas wawasan keislamannya, dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai mazhab pemikiran.
Kemudian, di Universitas Baghdad, Panji Gumilang memperluas cakrawala keilmuannya dengan mempelajari ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Di sana, ia berinteraksi dengan berbagai pemikiran dan ideologi yang berkembang di dunia Arab pada saat itu. Pengalaman studi di Timur Tengah ini memberikan Panji Gumilang perspektif yang luas dan mendalam tentang Islam dan dunia modern. Ia tidak hanya menguasai ilmu-ilmu keislaman klasik, tetapi juga memahami berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi umat Islam di era globalisasi. Studi di Timur Tengah ini pula yang kelak memengaruhi visi dan misinya dalam mendirikan dan mengembangkan Al-Zaytun.
Kembali ke Indonesia dan Mendirikan Al-Zaytun
Setelah menyelesaikan studinya di Timur Tengah, Panji Gumilang kembali ke Indonesia. Ia membawa bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga, serta visi untuk mengembangkan pendidikan Islam yang modern dan berkualitas. Pada tahun 1996, Panji Gumilang mendirikan Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat. Al-Zaytun didirikan dengan tujuan untuk mencetak generasi muda muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki wawasan global.
Konsep pendidikan di Al-Zaytun menekankan integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum, serta pengembangan keterampilan hidup yang relevan dengan tuntutan zaman. Panji Gumilang menerapkan berbagai inovasi dalam sistem pendidikan Al-Zaytun, seperti penggunaan teknologi informasi, pengembangan kurikulum yang komprehensif, dan penekanan pada pengembangan karakter dan kepemimpinan. Al-Zaytun berkembang pesat dan menjadi salah satu pondok pesantren terbesar dan termodern di Indonesia. Namun, perkembangan Al-Zaytun juga tidak lepas dari berbagai kontroversi, terutama terkait dengan ajaran dan praktik keagamaan yang dianggap berbeda dari mainstream.
Baca Juga : Manchester City Taklukkan Aston Villa 2-1 Lewat Gol Menit Akhir Matheus Nunes
Kontroversi dan Pandangan Kritis
Kepemimpinan Panji Gumilang di Al-Zaytun tidak lepas dari berbagai kontroversi. Beberapa pihak mengkritik ajaran dan praktik keagamaan yang diterapkan di Al-Zaytun, yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang benar. Selain itu, ada juga kritik terhadap sistem manajemen dan keuangan Al-Zaytun yang dianggap tidak transparan.
Panji Gumilang sendiri sering memberikan pernyataan kontroversial yang memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Terlepas dari kontroversi yang ada, penting untuk memahami bahwa pandangan dan pemikiran Panji Gumilang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Studi di Timur Tengah, khususnya di UIM dan Universitas Baghdad, memberikan warna tersendiri dalam pemahamannya tentang Islam dan dunia modern. Ia mencoba untuk mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan tantangan-tantangan global, meskipun interpretasi dan implementasinya seringkali menimbulkan perbedaan pendapat.
Penulis : Aas Ramadhani