Contoh Geguritan Gagrak Lawas Tema Pendidikan Warisan Sastra yang Sarat Makna

Geguritan adalah salah satu bentuk karya sastra Jawa klasik yang masih hidup hingga kini. Meski sudah ada sejak lama, geguritan tetap relevan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, budaya, bahkan pendidikan. Apalagi jika ditulis dengan gaya gagrak lawas alias gaya lama, nilai-nilai yang disampaikan terasa lebih dalam dan penuh makna.

Nah, dalam konteks pendidikan, geguritan bisa menjadi media pembelajaran yang menyenangkan sekaligus mendalam. Tak hanya melatih kemampuan berbahasa Jawa, tapi juga menyisipkan pesan moral dan nilai karakter yang sangat penting di zaman sekarang.

Apa Itu Geguritan Gagrak Lawas?

Sebelum masuk ke contoh, kita kenalan dulu dengan istilahnya. Geguritan berasal dari kata “gurit” yang berarti tulisan atau rangkaian kata indah dalam bahasa Jawa. Biasanya, geguritan disusun dalam bentuk tembang atau puisi, lengkap dengan aturan guru lagu, guru wilangan, dan makna yang puitis.

Gagrak lawas berarti “gaya lama”. Dalam dunia geguritan, ini merujuk pada struktur yang mengikuti kaidah tembang macapat—seperti Dhandhanggula, Sinom, Pangkur, dan lain-lain. Masing-masing tembang ini punya aturan jumlah suku kata (wilangan) dan vokal akhir (guru lagu) yang harus diikuti dengan ketat.

Mengapa penting? Karena dari sanalah muncul keindahan dan kedalaman filosofi geguritan Jawa yang membuatnya abadi hingga kini.

Apa Manfaat Geguritan Bertema Pendidikan?

Geguritan bukan sekadar puisi. Ia adalah alat pendidikan yang sudah digunakan turun-temurun. Dalam tema pendidikan, geguritan bisa menyampaikan pesan-pesan seperti:

  • Pentingnya menuntut ilmu sejak dini
  • Hormat pada guru dan orang tua
  • Nilai kejujuran, kerja keras, dan kesederhanaan
  • Kesadaran akan tanggung jawab sebagai pelajar
  • Pengingat agar tidak malas dan membuang waktu

Melalui bentuk yang indah dan ritmis, pesan moral ini bisa tersampaikan dengan cara yang lebih menyentuh dan mudah diingat.

Contoh Geguritan Gagrak Lawas Tema Pendidikan

Berikut salah satu contoh geguritan dengan gaya gagrak lawas bertema pendidikan. Disusun dalam tembang Sinom (guru wilangan: 8,8,8,8,7,8,7,8,12).

Judul: “Sinau Kuwi Cahya Urip”

Sinom

1. Sinau iku wajib tumrap
2. Saben bocah lan wong enom
3. Kang arep nggayuh kamulyan
4. Saged urip bebrayan
5. Ana bebrayan utama
6. Ilmu dadi dhasar urip
7. Kang nuntun lakune ati
8. Dudu mung kanggo golek
9. Nanging kanggo nguripi bebrayan agung.

10. Aja lali ngajeni guru
11. Wong tuwa uga kudu ana
12. Sebab saka restune wong
13. Ilmu dadi luwih berkah
14. Ora mung pinter anggone
15. Nanging uga budi luhur
16. Kuwa kang sejati wasis
17. Ora mung gadhah pangkat
18. Nanging bisa nyinau tumraping gesang.


Geguritan di atas mengangkat pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Bahwa ilmu bukan sekadar alat mencari pekerjaan, tetapi bekal untuk menjalani hidup yang bermanfaat dan bermartabat.

Baca juga: Komisi XIII DPR Panggil Kementerian Hukum dan HAM serta Eks Pemain Sirkus OCI: Mengungkap Dugaan Pelanggaran HAM Berat

Mengapa Geguritan Cocok Digunakan di Sekolah?

Banyak guru bahasa Jawa yang memanfaatkan geguritan untuk kegiatan belajar mengajar karena:

  1. Melatih kemampuan berbahasa Jawa – Siswa diajak memahami kosakata, makna tembang, dan aturan penulisan.
  2. Mengasah daya pikir dan imajinasi – Menulis geguritan membutuhkan kreativitas sekaligus ketelitian dalam mengikuti aturan.
  3. Mengenalkan nilai-nilai luhur budaya Jawa – Banyak pesan moral, etika, dan filosofi hidup yang terkandung dalam geguritan.
  4. Menanamkan pendidikan karakter – Seperti rasa hormat, tanggung jawab, kerja keras, dan semangat belajar.

Di beberapa sekolah, siswa bahkan diajak untuk membuat geguritan mereka sendiri dan membacakannya di depan kelas atau saat perayaan Hari Bahasa Daerah.

Baca juga: Mengenal Jurusan Ilmu Komunikasi:Kurikulum, Peluang Kerja, dan Tantangannya

Bagaimana Mengajarkan Geguritan agar Tidak Membosankan?

Tantangan utama mengajarkan sastra klasik seperti geguritan adalah membuatnya terasa hidup dan relevan. Beberapa tips agar geguritan lebih menarik bagi siswa antara lain:

  • Gunakan tema yang dekat dengan kehidupan siswa, seperti sekolah, cita-cita, pertemanan, atau teknologi.
  • Kombinasikan dengan musik atau lagu Jawa, agar suasana pembelajaran lebih menyenangkan.
  • Ajak siswa membuat geguritan secara berkelompok, supaya lebih interaktif dan tidak terasa berat.
  • Adakan lomba membaca atau menulis geguritan, untuk meningkatkan minat dan kebanggaan terhadap budaya sendiri.

Dengan pendekatan yang kreatif, geguritan bisa menjadi bagian dari pendidikan karakter dan budaya yang kuat sekaligus menyenangkan.

Penulis: Dita mutiara

More From Author

Fungsi Tari sebagai Media Pendidikan Lebih dari Sekadar Gerakan Indah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *