Cara QA Tester Memastikan Software Siap Pakai

Pernah nggak kamu pakai aplikasi lalu tiba-tiba error di tengah jalan? Atau mungkin tombolnya nggak bisa diklik, tampilannya kacau, atau fiturnya nggak jalan sesuai harapan? Nah, di sinilah peran penting seorang QA Tester dibutuhkan. Mereka adalah garda depan dalam memastikan bahwa software yang kamu pakai benar-benar siap digunakan — bebas bug, nyaman, dan fungsional.

Tapi, bagaimana sebenarnya cara QA Tester bekerja hingga bisa menjamin software tersebut layak digunakan? Yuk, kita bahas lebih dalam tentang prosesnya!

baca juga: Mengapa QA Tester Jadi Pilar Utama Tim Pengembang?


Apa yang Dilakukan QA Tester Sebelum Software Dirilis?

Sebelum sebuah software diluncurkan ke publik, QA Tester akan melakukan berbagai tahapan pengujian untuk memastikan tidak ada masalah fatal. Pengujian ini bukan sekadar klik-klik biasa, lho. Ada proses terstruktur dan sistematis yang dijalankan agar hasilnya akurat.

Berikut beberapa langkah penting yang biasa dilakukan QA Tester:

  1. Mempelajari Dokumen Spesifikasi
    QA akan memahami dulu apa tujuan dan fungsi software yang akan diuji. Mereka membaca spesifikasi teknis, user story, atau dokumen produk untuk tahu apa saja yang harus dipastikan bekerja.
  2. Membuat Test Plan
    QA akan merancang rencana pengujian. Di sini mereka menetapkan cakupan pengujian, metode, jenis tes, target perangkat, dan estimasi waktu.
  3. Menyiapkan Test Case
    Ini adalah skenario pengujian berdasarkan fitur-fitur yang ada. Misalnya: “Cek apakah tombol login bisa berfungsi saat username dan password benar.”
  4. Menjalankan Pengujian
    QA menjalankan pengujian sesuai test case, baik secara manual maupun menggunakan tools otomatis seperti Selenium atau JMeter.
  5. Mencatat Bug atau Error
    Jika ditemukan masalah, QA akan mencatat detailnya: langkah mereproduksi, screenshot, hingga log error. Lalu dilaporkan ke tim developer.
  6. Melakukan Regression Test
    Setelah bug diperbaiki developer, QA akan menguji ulang untuk memastikan semuanya berfungsi, termasuk fitur lain yang terdampak.

Jenis Pengujian Apa yang Dilakukan QA Tester?

Setiap software memiliki tingkat kompleksitas yang berbeda. Maka, QA Tester pun melakukan beberapa jenis pengujian untuk mencakup semua aspek kualitas. Apa saja sih?

1. Functional Testing

Menguji apakah fungsi-fungsi software bekerja sesuai dengan requirement. Misalnya: fitur checkout di aplikasi belanja harus benar-benar memproses transaksi.

2. Usability Testing

QA menilai apakah software mudah digunakan oleh pengguna. Ini penting agar aplikasi tidak membingungkan atau membuat frustrasi.

3. Performance Testing

Software diuji untuk melihat seberapa tangguh performanya saat digunakan banyak user sekaligus. Cocok untuk aplikasi skala besar.

4. Compatibility Testing

QA memastikan software bisa berjalan di berbagai perangkat, sistem operasi, dan browser.

5. Security Testing

Terutama untuk aplikasi yang menyimpan data penting, QA akan memastikan tidak ada celah keamanan.


Bagaimana QA Menentukan Software “Siap Pakai”?

Nah, ini pertanyaan yang sering muncul. Apakah setelah dites sekali langsung bisa dirilis? Tentu nggak sesederhana itu.

QA Tester punya indikator dan kriteria khusus untuk menyatakan bahwa software siap digunakan oleh publik. Di antaranya:

  • Tidak ada bug kritis. Semua masalah besar yang bisa mengganggu pengalaman pengguna harus diselesaikan.
  • Fitur utama berjalan sempurna. Fungsi inti dari aplikasi harus bisa digunakan tanpa kendala.
  • Performa stabil. Software bisa berjalan lancar meski dipakai oleh banyak orang sekaligus.
  • Tidak ada crash. Aplikasi tidak tiba-tiba berhenti atau tertutup sendiri.
  • Pengalaman pengguna baik. Navigasi, desain, dan interaksi dengan software terasa mulus dan intuitif.

Jika semua poin itu lolos pengujian, QA bisa memberi lampu hijau bahwa software tersebut layak dirilis ke pengguna.


Apakah QA Tester Masih Dibutuhkan Setelah Software Dirilis?

Tentu saja! Pekerjaan QA tidak berhenti setelah software dirilis. Faktanya, justru setelah software digunakan oleh banyak orang, akan muncul masukan dan bug baru dari pengguna.

QA akan terus melakukan:

  • Monitoring bug baru dari feedback user
  • Regression testing untuk setiap update
  • Smoke testing sebelum versi baru dirilis
  • Evaluasi dan peningkatan test case

Jadi bisa dibilang, QA Tester adalah penjaga kualitas jangka panjang, bukan hanya tukang cek sebelum rilis.


baca juga: Rektor Universitas Teknokrat Indonesia hadiri KSTI Indonesia 2025 keynote Speech Bapak Prabowo Subianto

Kesimpulan: QA Tester, Penentu Nyaman atau Tidaknya Aplikasi

Software yang kita pakai sehari-hari bisa berjalan lancar bukan karena kebetulan, tapi karena ada proses pengujian yang detail dan teliti di baliknya. QA Tester memainkan peran penting sebagai “penjaga gerbang” yang memastikan semua fitur berfungsi dan siap digunakan oleh pengguna.

Tanpa QA, bisa saja aplikasi penuh bug, lambat, atau bahkan gagal total. Maka dari itu, peran QA Tester sangat vital dalam ekosistem pengembangan software — bukan hanya mencari kesalahan, tapi memastikan pengalaman terbaik bagi pengguna.

Penulis: Dena Triana

More From Author

QA Tester vs Developer: Apa Bedanya dan Perannya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *