QA Tester vs Developer: Apa Bedanya dan Perannya?

Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, sering kali muncul dua peran penting yang terlihat mirip tapi punya fungsi yang sangat berbeda: QA Tester dan Developer. Keduanya adalah bagian dari tim IT yang punya peran vital dalam menghasilkan produk digital yang berkualitas. Tapi sebenarnya, apa sih perbedaan antara QA Tester dan Developer? Apakah keduanya saling melengkapi atau justru bisa saling tumpang tindih?

Yuk, kita bahas lebih dalam supaya kamu bisa memahami keduanya dengan lebih jelas. Apalagi kalau kamu sedang mempertimbangkan karier di salah satu bidang ini.

baca juga: Panduan Lengkap Menjadi Quality Assurance Tester Handal


Apa itu QA Tester dan Apa itu Developer?

Sebelum membahas perbedaan, penting untuk tahu dulu definisi dasarnya.

Developer (atau biasa disebut programmer) adalah orang yang menulis kode dan menciptakan software berdasarkan kebutuhan pengguna atau bisnis. Mereka bekerja dengan berbagai bahasa pemrograman seperti Java, Python, JavaScript, dan lainnya. Tujuan utama developer adalah membangun fitur dan sistem agar dapat digunakan dengan baik oleh user.

Sedangkan QA Tester (Quality Assurance Tester) adalah orang yang memastikan bahwa software yang dibuat berjalan sesuai rencana, bebas dari bug, dan punya kualitas yang baik sebelum sampai ke pengguna. QA Tester akan melakukan pengujian, mencari kesalahan, dan memberikan masukan kepada developer jika ditemukan masalah.

Kalau diibaratkan, developer itu seperti koki yang memasak makanan, sedangkan QA Tester adalah food tester yang mencicipi hasil masakan untuk memastikan rasanya pas sebelum disajikan ke pelanggan.


Apa Bedanya Tugas QA Tester dan Developer?

Meski sama-sama berada dalam satu tim dan berurusan dengan software, tugas QA Tester dan Developer sangat berbeda. Ini dia perbedaannya:

Tugas Developer:

  • Menerjemahkan kebutuhan bisnis ke dalam bentuk kode.
  • Membangun fitur dan aplikasi.
  • Menulis dokumentasi teknis.
  • Memperbaiki bug yang ditemukan oleh QA atau pengguna.
  • Melakukan unit testing (pengujian bagian kecil dari kode).

Tugas QA Tester:

  • Membuat test case dan test plan.
  • Melakukan pengujian manual atau otomatis.
  • Mendeteksi dan mencatat bug.
  • Memastikan aplikasi memenuhi standar kualitas.
  • Memberikan umpan balik kepada developer.

Jadi, QA fokus pada memastikan hasil kerja developer berjalan baik, sementara developer fokus pada pembangunan sistem dari awal.


Apakah QA Tester Harus Bisa Coding?

Ini adalah pertanyaan yang sering muncul, terutama dari para pemula yang tertarik menjadi QA.

Jawabannya: Tergantung.

Jika kamu memilih jalur manual QA, kamu tidak harus bisa coding. Kamu akan lebih banyak berinteraksi dengan aplikasi sebagai pengguna dan mencari kesalahan dari sisi fungsionalitas.

Namun, kalau kamu memilih jalur automation QA, maka kemampuan coding akan sangat diperlukan. Kamu akan menulis script otomatis untuk pengujian, biasanya menggunakan tools seperti Selenium, Cypress, atau JUnit.

Belajar coding tetap menjadi nilai tambah untuk QA Tester, karena kamu bisa berkomunikasi lebih efektif dengan developer dan memahami cara kerja sistem dari dalam.


Bagaimana QA Tester dan Developer Bekerja Sama?

Perlu digarisbawahi bahwa QA dan Developer bukan rival, melainkan rekan kerja yang saling melengkapi. Tanpa developer, tidak ada produk yang diuji. Tanpa QA, produk bisa dirilis dengan berbagai masalah yang bisa mengganggu pengguna.

Kolaborasi yang ideal antara QA dan Developer terlihat seperti ini:

  1. Tim produk menyampaikan spesifikasi kebutuhan.
  2. Developer mulai membangun fitur sesuai spesifikasi.
  3. QA menyiapkan test case berdasarkan kebutuhan tersebut.
  4. Setelah fitur selesai dibangun, QA mengujinya.
  5. Jika ditemukan bug, QA melaporkannya ke Developer.
  6. Developer memperbaiki bug, lalu QA menguji ulang.
  7. Jika semua lolos uji, fitur siap dirilis ke pengguna.

Dengan kerja sama yang baik, kualitas produk pun akan meningkat.


Kenapa QA Tester Penting dalam Dunia Pengembangan Software?

Mungkin ada yang berpikir, “Toh developer sudah mengetes kode mereka sendiri, kenapa perlu QA?”

Nah, justru karena developer terlalu dekat dengan kodenya, mereka bisa saja melewatkan bug atau masalah kecil. QA hadir dengan sudut pandang berbeda, yaitu sebagai pengguna akhir. QA bertugas mencari tahu apakah sistem benar-benar user-friendly, stabil, dan sesuai ekspektasi pengguna.

Beberapa alasan kenapa QA sangat penting:

  • Mencegah bug besar yang bisa merusak reputasi perusahaan.
  • Menghemat biaya perbaikan jangka panjang.
  • Meningkatkan kepuasan pengguna.
  • Memastikan produk bisa bekerja di berbagai kondisi perangkat dan jaringan.

baca juga: Mahasiswa dan Dosen Teknokrat pamerkan Produk Penelitian Unggulan di KSTI Indonesia 2025

Kesimpulan: QA dan Developer, Dua Peran Penting yang Tak Bisa Dipisah

Walaupun punya tugas yang berbeda, QA Tester dan Developer adalah dua sisi mata uang yang sama. Developer bertanggung jawab membangun software, sedangkan QA Tester memastikan software itu layak dipakai.

Kalau kamu tipe yang suka membangun dan menciptakan, mungkin jadi developer adalah jalanmu. Tapi kalau kamu lebih suka menganalisis, menguji, dan mencari kesalahan, QA Tester bisa jadi profesi yang cocok buatmu.

Penulis: Dena Triana

More From Author

Panduan Lengkap Menjadi Quality Assurance Tester Handal

Cara QA Tester Memastikan Software Siap Pakai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *