Sanic vs Flask: Kapan Harus Pakai Framework Python yang Kebut?

Pilihan antara Sanic dan Flask adalah pilihan antara dua filosofi kecepatan: Flask menawarkan kecepatan pengembangan yang luar biasa, sementara Sanic menawarkan kecepatan eksekusi (runtime) yang superior. Keduanya adalah microframework Python yang hebat, tetapi mereka dirancang untuk memecahkan masalah yang berbeda. Memilih framework yang “kebut” bukan hanya soal performa mentah, tetapi soal memahami jenis “balapan” yang sedang Anda ikuti.

Bagi developer Python, Flask telah lama menjadi raja di kategori microframework. Ia ringan, mudah dipelajari, dan sangat fleksibel. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan aplikasi yang mampu menangani ribuan koneksi secara bersamaan, muncullah penantang baru yang terinspirasi dari Flask tetapi dengan mesin yang sama sekali berbeda: Sanic. Jadi, kapan Anda harus tetap setia pada sang juara bertahan, dan kapan saatnya untuk beralih ke penantang yang super cepat ini?

baca juga : Mengenal Sanic, Framework Python yang Terinspirasi dari Meme Terkenal

Mengenal Para Penantang: Dua ‘Minimalis’ di Arena Python

Sebelum membandingkan kekuatannya, mari kita kenali dulu kedua penantang ini. Keduanya berasal dari keluarga “minimalis” atau microframework, yang berarti mereka tidak datang dengan paket lengkap seperti Django.

Flask, Sang Juara Bertahan yang Fleksibel Flask adalah framework yang matang, stabil, dan memiliki salah satu dokumentasi dan komunitas terbaik di dunia Python. Filosofinya adalah kesederhanaan. Ia memberikan Anda inti yang sangat solid—routing dan request handling—dan membiarkan Anda untuk memilih dan menambahkan komponen lain (seperti ORM atau form validation) sesuai sel-Sebut saja ia “Raja Kecepatan Pengembangan”.

Sanic, Sang Pendatang yang ‘Ngebut’ Sanic adalah framework yang lebih modern, yang lahir di era pemrograman asinkronus. Ia secara sengaja dibuat agar terasa seperti Flask, tetapi dengan satu perbedaan fundamental di bawah kap mesinnya: ia sepenuhnya asinkronus sejak awal. Filosofinya terangkum dalam namanya yang terinspirasi dari meme “Sanic Hegehog”: “Gotta go fast!”. Sebut saja ia “Raja Kecepatan Eksekusi”.

Perbedaan Mendasar: Sinkronus vs. Asinkronus

Inilah inti dari seluruh perdebatan. Perbedaan terbesar antara Flask dan Sanic terletak pada cara mereka menangani permintaan.

Cara Kerja Flask (Sinkronus) Secara default, Flask bekerja secara sinkronus. Bayangkan sebuah kafe dengan satu kasir. Kasir tersebut akan melayani satu pelanggan dari awal hingga akhir: menerima pesanan, membuatkan kopi, menyerahkannya, baru kemudian beralih ke pelanggan berikutnya. Jika ada satu pesanan kopi yang rumit dan butuh waktu lama untuk dibuat (misalnya, sebuah kueri database yang lambat), maka seluruh antrian di belakangnya harus menunggu. Proses ini disebut blocking.

Cara Kerja Sanic (Asinkronus) Sanic bekerja secara asinkronus. Bayangkan kasir yang sama, tetapi kini ia jauh lebih efisien. Ia menerima pesanan dari pelanggan pertama dan langsung menyuruh mesin kopi untuk mulai bekerja. Sambil menunggu mesin selesai, ia tidak diam. Ia langsung melayani pelanggan kedua dan ketiga. Ketika kopi pertama selesai, sebuah “sinyal” akan memberitahunya, dan ia akan segera menyerahkannya.

Kasir ini tidak pernah “terblokir” oleh satu tugas yang sedang menunggu. Ia bisa mengelola banyak tugas secara bersamaan. Inilah yang dilakukan Sanic dengan memanfaatkan sintaks async dan await di Python, membuatnya sangat efisien untuk tugas-tugas yang melibatkan banyak “waktu tunggu” (operasi I/O).

Ronde #1: Kecepatan Pengembangan

Jika “balapan” Anda adalah seberapa cepat Anda bisa meluncurkan sebuah produk dari ide menjadi versi pertama yang fungsional, maka Flask sering kali menjadi pemenangnya.

Pemenang: Flask 🏆

Alasan:

  • Ekosistem yang Sangat Matang: Flask telah ada lebih lama dan memiliki ekosistem plugin (Flask Extensions) yang sangat luas dan stabil. Hampir semua fungsionalitas umum yang Anda butuhkan, mulai dari otentikasi hingga panel admin, sudah memiliki solusi yang matang.
  • Kurva Belajar yang Lebih Landai: Model pemrograman sinkronus lebih mudah dipahami oleh para pemula. Anda tidak perlu memikirkan seluk-beluk event loop, coroutines, atau memastikan bahwa pustaka yang Anda gunakan kompatibel dengan async.
  • Banyaknya Sumber Belajar: Karena popularitasnya, ada lebih banyak tutorial, artikel, dan jawaban di Stack Overflow untuk Flask dibandingkan Sanic.

Ronde #2: Kecepatan Eksekusi (Performa Runtime)

Jika “balapan” Anda adalah seberapa banyak permintaan yang bisa ditangani oleh server Anda per detik (throughput), maka Sanic adalah kuda pacu yang dirancang khusus untuk ini.

Pemenang: Sanic 🚀

Alasan:

  • Arsitektur Asinkronus: Untuk menangani ratusan atau ribuan koneksi secara bersamaan, model non-blocking Sanic jauh lebih efisien dalam menggunakan sumber daya CPU dan memori. Ia tidak membuang-buang waktu untuk menunggu.
  • Sangat Unggul untuk Tugas I/O-Bound: Ini adalah skenario di mana Sanic benar-benar bersinar. Jika aplikasi Anda menghabiskan sebagian besar waktunya menunggu balasan dari database atau API eksternal, Sanic bisa menggunakan waktu tunggu tersebut untuk melayani permintaan lain, menghasilkan throughput yang bisa berkali-kali lipat lebih tinggi daripada Flask.

Berbagai benchmark independen secara konsisten menunjukkan bahwa dalam skenario lalu lintas tinggi, Sanic mampu menangani lebih banyak permintaan per detik dibandingkan Flask.

baca juga : Pernyataan Sikap Sivitas Akademika Universitas Teknokrat Indonesia Terkait Aksi Massa dan Kondisi Bangsa Indonesia Terkini

Peta Pertarungan: Kapan Memilih Sanic? Kapan Memilih Flask?

Jadi, framework mana yang harus Anda pilih untuk proyek Anda berikutnya? Jawabannya tergantung pada “lintasan balap” Anda.

Pilih Flask Jika…

  • Anda sedang membangun aplikasi web monolitik tradisional (misalnya, aplikasi CRUD, portal berita, atau blog).
  • Proyek Anda sangat bergantung pada berbagai pustaka Python yang mungkin belum memiliki dukungan async yang matang.
  • Tim Anda terdiri dari developer junior atau mereka yang belum terbiasa dengan paradigma asinkronus.
  • Prioritas utama Anda adalah kecepatan pengembangan dan peluncuran produk (time-to-market).

Pilih Sanic Jika…

  • Anda sedang membangun sebuah API berperforma sangat tinggi atau layanan mikro (microservices).
  • Aplikasi Anda bersifat I/O-bound (artinya, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menunggu jaringan, seperti memanggil database atau API lain).
  • Anda membangun aplikasi real-time yang membutuhkan koneksi persisten (misalnya, chatbots atau dasbor yang menggunakan WebSockets).
  • Prioritas utama Anda adalah throughput dan latensi respons yang serendah mungkin.

penulis : Muhammad Anwar Fuadi

More From Author

Mengenal Nest.js, Framework Andalan Bikin Backend Jadi Keren

Nest.js Ternyata Jagoan Baru, Ini Alasan Developer Pindah Haluan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *