Gak Cuma Jago Ngoding, Ini Skill Wajib Buat Melamar DevOps Engineer II

Banyak orang mengira bahwa menjadi seorang DevOps Engineer II hanyalah soal kemampuan teknis tingkat dewa. Mereka fokus pada menguasai satu persatu tools yang ada, seperti Docker, Kubernetes, Jenkins, atau Terraform. Padahal, di level ini, perusahaan tidak hanya mencari seorang teknisi yang jago ngoding, tapi juga seorang pemecah masalah, komunikator, dan arsitek yang bisa membawa perubahan positif bagi tim dan perusahaan.

Posisi DevOps Engineer II adalah jembatan antara tim pengembangan (development) dan tim operasional (operations). Tugasmu adalah memastikan alur kerja dari penulisan kode hingga aplikasi berjalan lancar dan efisien. Ini menuntutmu untuk punya pandangan yang holistik, tidak hanya fokus pada satu bagian saja. Artikel ini akan mengupas tuntas skill esensial yang wajib kamu kuasai, baik hard skill maupun soft skill, agar kamu bisa tampil menonjol saat melamar dan “auto diterima” di posisi DevOps Engineer II.

baca juga:Pengalamanmu Belum Cukup? Tenang, Ini Tips Jitu Dapat Kerja Database Administrator II

1. Hard Skill: Lebih dari Sekadar Menghafal Tools

Meskipun tools adalah bagian dari pekerjaan, pemahaman mendalam pada konsep di baliknya jauh lebih penting. Kamu harus bisa menjelaskan kenapa dan kapan menggunakan sebuah tool, serta bagaimana mengintegrasikannya dalam sebuah ekosistem.

Penguasaan Linux dan Scripting Tingkat Lanjut

Ini adalah fondasi mutlak. Kamu harus sangat familiar dengan lingkungan Linux, mulai dari manajemen berkas hingga administrasi sistem. Keterampilan scripting juga harus kuat. Kamu tidak hanya tahu cara menulis skrip Bash sederhana, tapi juga bisa membuat skrip Python atau Go yang kompleks untuk mengotomatisasi tugas-tugas, seperti deployment otomatis atau pemantauan (monitoring) sistem. Kemampuan ini menunjukkan bahwa kamu bisa berpikir di luar kotak dan menciptakan solusi yang efisien.

Memahami Arsitektur Sistem Terdistribusi

Sebagai DevOps Engineer II, kamu akan berhadapan dengan sistem yang kompleks dan terdistribusi. Kamu harus mengerti konsep dasar di balik sistem ini, seperti microservices, load balancing, fault tolerance, dan high availability. Pahami cara kerja Kubernetes untuk mengorkestrasi kontainer, bagaimana Kafka atau RabbitMQ digunakan untuk antrean pesan, dan bagaimana service mesh seperti Istio bisa mengelola komunikasi antar-mikroservis. Pengetahuan ini membuktikan bahwa kamu siap menangani lingkungan produksi yang skalabel.

Paham CI/CD dari A sampai Z

Continuous Integration/Continuous Deployment (CI/CD) adalah inti dari DevOps. Kamu tidak hanya tahu cara membuat pipeline di Jenkins. Kamu harus paham setiap tahapan:

  • Integrasi Berkelanjutan (CI): Mengotomatisasi proses build dan pengujian kode.
  • Pengiriman Berkelanjutan (CD): Mengotomatisasi proses deployment aplikasi ke lingkungan staging atau produksi.
  • Penerapan Berkelanjutan (CD): Secara otomatis merilis kode yang sudah diuji ke lingkungan produksi.

Kamu juga harus bisa memilih tool CI/CD yang tepat (Jenkins, GitLab CI/CD, CircleCI, GitHub Actions) berdasarkan kebutuhan proyek, dan mampu membangun pipeline yang efisien dan aman.

Infrastructure as Code (IaC) dan Konfigurasi Manajemen

Di level II, kamu diharapkan bisa mengelola infrastruktur seperti kode. Ini berarti kamu harus mahir menggunakan tool seperti Terraform untuk menyediakan sumber daya di cloud, atau Ansible untuk mengelola konfigurasi server. Kemampuan ini menunjukkan bahwa kamu mampu menciptakan lingkungan yang konsisten, berulang, dan mudah dikelola, yang merupakan prinsip utama DevOps.


2. Soft Skill: Penentu Kesuksesan di Dunia Nyata

Banyak rekruter berpendapat, hard skill bisa dilatih, tapi soft skill sulit diubah. Ini adalah alasan mengapa soft skill menjadi pembeda utama antara kandidat yang diterima dan yang tidak.

Kemampuan Memecahkan Masalah yang Kuat

Ini adalah skill terpenting. Masalah di lingkungan produksi tidak pernah sesederhana soal-soal di buku. Kamu harus bisa berpikir kritis dan sistematis. Ketika sebuah aplikasi tiba-tiba macet, kamu tidak bisa panik. Kamu harus tahu cara mendiagnosis masalah dengan cepat: mulai dari memeriksa log, memantau metrik performa (CPU, memori, I/O), hingga menganalisis request yang masuk. Kamu harus bisa memecah masalah besar menjadi bagian-bagian kecil, lalu mencari solusi yang paling efektif.

Komunikasi Efektif

Seorang DevOps Engineer adalah seorang “jembatan” yang harus bisa berbicara dengan berbagai pihak:

  • Dengan Developer: Kamu harus bisa menjelaskan masalah teknis yang ditemukan di production dengan cara yang bisa dimengerti oleh tim developer, agar mereka bisa memperbaikinya.
  • Dengan Manajer dan Pimpinan: Kamu perlu bisa menjelaskan dampak teknis dari sebuah masalah pada bisnis tanpa menggunakan jargon yang rumit. Misalnya, “Sistem checkout mengalami latency 300ms, ini bisa mengurangi jumlah transaksi sebesar 5%,” jauh lebih efektif daripada “Ada locking di database.”
  • Dengan Tim Lain: Kamu harus bisa berkolaborasi dengan tim keamanan untuk memastikan keamanan sistem, atau tim operasional untuk memastikan kelancaran operasional.

Sikap Proaktif dan Punya Inisiatif

Di level II, kamu tidak diharapkan hanya menunggu perintah. Kamu harus punya inisiatif. Tunjukkan bahwa kamu bukan hanya bereaksi terhadap masalah, tapi juga proaktif dalam mencegahnya. Ini bisa berupa:

  • Mengidentifikasi potensi masalah pada arsitektur yang sudah ada dan mengusulkan perbaikan.
  • Membuat script otomatis untuk memantau sistem dan mengirim notifikasi jika ada masalah.
  • Menyajikan ide-ide untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional.

baca juga:Universitas Teknokrat Indonesia Kembangkan Inovasi Teknologi Energi Terbarukan untuk Pertanian Hidroponik di Lampung

Kemampuan Berkolaborasi dan Kepemimpinan

DevOps adalah budaya, bukan hanya sebuah peran. Kamu harus bisa bekerja sama dengan baik dengan tim developer, QA, dan tim lainnya. Di level II, kamu juga mungkin akan diminta untuk membimbing DBA junior. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kemampuanmu dalam berbagi pengetahuan dan membantu orang lain berkembang.

penulis:Titin af-idatus soraya

More From Author

Menguasai Operasi Bilangan Cacah dengan Contoh Soal Lengkap

Siap Hadapi Asesmen Kompetensi Madrasah? Bedah Tuntas Contoh Soal AKMI Kemenag

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *