Di era digital yang serba cepat ini, setiap perusahaan berlomba-lomba membangun sistem yang tangguh, fleksibel, dan mudah diatur. Arsitektur monolitik yang serba besar mulai ditinggalkan, digantikan oleh arsitektur microservices yang memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang independen. Pergeseran inilah yang membuat peran Microservices Backend Engineer menjadi sangat dicari.
Banyak developer pemula atau yang baru beralih bidang berpikir bahwa modal nekat dan semangat belajar saja sudah cukup. Padahal, untuk benar-benar sukses dan menonjol di dunia microservices, Anda butuh lebih dari itu. Artikel ini akan membongkar rahasia di balik kesuksesan seorang Microservices Backend Engineer, dari mindset yang tepat hingga keterampilan teknis yang wajib dikuasai.
Rahasia #1: Berpikir Seperti Arsitek, Bukan Sekadar Pengembang
Seorang Microservices Backend Engineer bukan hanya menulis kode. Mereka adalah perancang sistem. Modal nekat yang menggebu-gebu untuk segera menulis kode justru bisa berakibat fatal jika tanpa pemahaman arsitektur yang kuat.
1. Kuasai Konsep Dasar yang Sering Terlupakan
Sebelum menyentuh framework atau bahasa pemrograman, pahami dulu filosofi di balik microservices.
- Pola Desain (Design Patterns): Pahami pola desain microservices seperti Service Discovery (bagaimana layanan menemukan satu sama lain), API Gateway (satu pintu masuk untuk semua permintaan), dan Circuit Breaker (bagaimana sistem tetap stabil ketika satu layanan gagal). Menghafal tools seperti Eureka atau Kong tidak ada artinya tanpa memahami alasan di baliknya.
- Desain Berbasis Domain (Domain-Driven Design – DDD): Ini adalah inti dari microservices. Setiap layanan harus dirancang berdasarkan domain bisnisnya, bukan berdasarkan fungsi teknis. Misalnya, layanan “Keranjang Belanja” harus terpisah dari layanan “Pembayaran”. Ini akan membuat sistem lebih terorganisir, mudah dikelola, dan fleksibel.
Rahasia #2: Mahir Berkomunikasi dengan Sistem
Dalam microservices, layanan-layanan yang berbeda harus “berbicara” satu sama lain. Kemampuan untuk merancang komunikasi yang efisien adalah kunci.
1. Kuasai Berbagai Metode Komunikasi
Jangan hanya terpaku pada RESTful API. Ada kalanya pendekatan lain lebih cocok.
- Komunikasi Sinkron vs. Asinkron: Pahami kapan menggunakan RESTful API untuk komunikasi sinkron (permintaan dan respons langsung) dan kapan beralih ke Message Queues (misalnya RabbitMQ atau Kafka) untuk komunikasi asinkron. Komunikasi asinkron sangat penting untuk tugas-tugas yang memakan waktu lama, seperti mengirim email atau memproses pesanan.
- Pentingnya Efisiensi: Di antara layanan internal, protokol seperti gRPC sering dipilih karena performa dan efisiensinya. Mengetahui kapan menggunakan REST dan kapan beralih ke gRPC akan menunjukkan kedalaman pengetahuan Anda.
2. Keterampilan Integrasi yang Solid
Seorang backend engineer harus mahir mengintegrasikan sistem dengan pihak ketiga, baik melalui Webhooks, SDK, atau OAuth. Pengetahuan tentang cara menangani token dan authentication yang aman adalah suatu keharusan.
Rahasia #3: Menjadi “DevOps” Versi Ringan
Microservices Backend Engineer modern tidak hanya bertanggung jawab pada kode, tetapi juga pada bagaimana kode tersebut berjalan. Mereka harus memiliki pemahaman dasar tentang deployment dan operasional.
1. Kuasai Docker dan Kubernetes
Ini adalah standar industri yang tidak bisa ditawar lagi.
- Docker: Pahami cara membuat Docker Image yang efisien, menulis Dockerfile yang baik, dan menggunakan Docker Compose untuk menjalankan beberapa layanan sekaligus di mesin lokal.
- Kubernetes: Anda tidak perlu menjadi ahli DevOps, tetapi Anda harus tahu bagaimana cara kerja Kubernetes dalam mengelola, menskalakan, dan menyembuhkan (self-healing) container. Pahami konsep-konsep dasar seperti Pods, Deployments, dan Services.
2. Mampu Mengamati Sistem (Observability)
Saat sistem terdiri dari ratusan layanan, melacak kesalahan adalah tantangan besar.
- Logging Terpusat: Tahu cara mengimplementasikan logging yang terkumpul di satu tempat (misalnya dengan ELK Stack atau Grafana Loki).
- Monitoring: Pelajari cara memantau performa layanan dengan tools seperti Prometheus dan Grafana.
- Distributed Tracing: Ini adalah alat paling ampuh. Dengan tools seperti Jaeger, Anda bisa melacak perjalanan satu permintaan dari awal hingga akhir, melewati semua layanan yang terlibat, sehingga memudahkan Anda menemukan titik kegagalan.
Rahasia #4: Keterampilan Non-Teknis yang Membedakan
Kemampuan teknis hanya setengah dari cerita. Seringkali, apa yang membedakan seorang developer yang biasa-biasa saja dengan yang luar biasa adalah keterampilan non-teknis.
1. Keberanian dan Kerendahan Hati untuk Belajar
Dunia teknologi berubah dengan cepat. Apa yang populer hari ini mungkin akan usang besok. Modal nekat Anda harus diarahkan pada semangat belajar yang tiada henti, bukan pada asumsi bahwa Anda sudah tahu segalanya. Tunjukkan bahwa Anda bersedia mempelajari hal baru dan menerima masukan.
2. Kemampuan Komunikasi yang Efektif
Anda akan bekerja dengan tim yang besar dan mungkin terdistribusi. Kemampuan untuk menjelaskan ide-ide teknis yang kompleks kepada rekan tim atau manajer secara ringkas dan jelas sangat krusial. Saat mendesain sistem, Anda harus mampu mempresentasikan arsitektur Anda dengan mudah dimengerti.
3. Membangun Portofolio yang Memukau
Modal nekat untuk melamar pekerjaan tanpa portofolio yang solid adalah hal yang bodoh. Bangunlah proyek pribadi di GitHub yang menunjukkan pemahaman Anda tentang microservices. Proyek sederhana dengan beberapa layanan yang berinteraksi satu sama lain, menggunakan Docker dan mungkin Docker Compose, akan jauh lebih meyakinkan daripada ratusan baris kode yang hanya mengerjakan satu hal. Pastikan setiap proyek memiliki README yang jelas dan profesional.
penulis:Anis puspita sari