Saat Semua Orang Belajar Swift Jadilah Spesialis Objective-C yang Langka

Di tengah hiruk pikuk dunia teknologi, para calon pengembang aplikasi berbondong-bondong mempelajari Swift. Kursus online, bootcamp, dan tutorial YouTube semuanya menggemakan mantra yang sama: Swift adalah masa kini dan masa depan pengembangan aplikasi untuk ekosistem Apple. Dan mereka tidak salah. Swift memang lebih modern, lebih aman, dan lebih cepat. Menjadi seorang Swift Developer adalah jalur karier yang valid dan sangat menjanjikan.

Namun, dalam setiap tren besar, sering kali ada peluang emas yang tersembunyi di jalur yang justru mulai sepi ditinggalkan. Saat semua orang berlari ke arah yang sama untuk menggali emas di lokasi yang sudah ramai, terkadang berlian justru tersembunyi di tambang-tambang tua yang dianggap sudah tidak relevan. Dalam dunia pengembangan iOS, tambang tua yang penuh berlian itu bernama Objective-C.

Ini mungkin terdengar berlawanan dengan intuisi. Mengapa harus bersusah payah mempelajari bahasa yang “kuno” ketika bahasa yang baru dan lebih canggih sudah tersedia? Jawabannya terletak pada sebuah strategi karier yang cerdas: menjadi seorang spesialis yang langka. Artikel ini akan menunjukkan mengapa di tengah gelombang Swift, menguasai Objective-C bisa menjadi langkah paling cerdas dalam karier Anda.

baca juga : Nganggur Kelamaan Coba Trik Ini Biar Cepat Di-hire Jadi Swift Developer

Mengapa Objective-C Belum (dan Tidak Akan) Mati?

Argumen pertama yang harus dipatahkan adalah anggapan bahwa Objective-C adalah bahasa yang sudah mati. Anggapan ini keliru secara fundamental. Untuk memahaminya, kita harus melihat dari perspektif bisnis, bukan hanya dari kacamata seorang programmer yang menyukai teknologi baru.

Kekuatan Kode Warisan (Legacy Code) Bayangkan aplikasi-aplikasi raksasa yang Anda gunakan setiap hari: Facebook, Instagram, Uber, aplikasi perbankan, hingga aplikasi e-commerce besar. Sebagian besar dari aplikasi ini lahir jauh sebelum Swift diciptakan pada tahun 2014. Fondasi mereka, yang terdiri dari jutaan, bahkan puluhan juta baris kode, dibangun menggunakan Objective-C. Kode ini adalah aset perusahaan yang bernilai miliaran dolar.

Menulis Ulang Itu Mahal dan Berisiko Perusahaan tidak bisa begitu saja menekan sebuah tombol dan mengubah seluruh basis kode mereka dari Objective-C ke Swift. Proses penulisan ulang (rewriting) adalah sebuah proyek raksasa yang bisa memakan waktu bertahun-tahun, menghabiskan biaya jutaan dolar, dan yang paling menakutkan, berisiko tinggi memunculkan bug-bug baru yang bisa merusak bisnis. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan memilih pendekatan yang lebih pragmatis: mempertahankan basis kode Objective-C yang sudah stabil, sambil menulis fitur-fitur baru menggunakan Swift.

Artinya, aplikasi-aplikasi raksasa ini akan menjadi “hibrida” untuk waktu yang sangat lama. Mereka membutuhkan engineer yang tidak hanya bisa menulis kode Swift baru, tetapi juga bisa “menyelam” ke dalam kode Objective-C yang ada untuk memperbaiki bug, melakukan pemeliharaan, dan memastikan kedua bahasa tersebut bisa bekerja sama dengan harmonis.

Hukum Ekonomi Sederhana Kelangkaan Menciptakan Nilai

Di sinilah letak peluang emasnya. Mari kita lihat dari sudut pandang penawaran dan permintaan (supply and demand).

Penawaran (Supply) Terus Menurun Setiap tahun, jumlah developer yang mahir dalam Objective-C terus berkurang. Universitas dan bootcamp tidak lagi mengajarkannya secara mendalam. Developer junior yang baru masuk ke industri hanya fokus pada Swift. Sementara itu, para developer senior yang merupakan veteran Objective-C mulai pensiun atau beralih ke posisi manajerial. Pasokan talenta yang menguasai bahasa ini secara alami menyusut.

Permintaan (Demand) Tetap Stabil Di sisi lain, permintaan untuk memelihara aplikasi-aplikasi vital yang dibangun di atas Objective-C tidak hilang. Bank tetap perlu memperbarui aplikasi mobile banking-nya. Perusahaan media sosial harus terus memperbaiki bug. Kebutuhan ini bersifat stabil dan tidak elastis. Bisnis harus terus berjalan.

Ketika penawaran talenta menurun sementara permintaan tetap ada, apa yang terjadi pada “harga” talenta tersebut? Tentu saja, harganya akan naik. Gaji, bonus, dan daya tawar (bargaining power) seorang spesialis Objective-C berpotensi menjadi sangat tinggi. Anda berubah dari seekor ikan kecil di samudra Swift yang luas menjadi seekor ikan besar di kolam Objective-C yang semakin eksklusif.

Siapa yang Membutuhkan Spesialis Objective-C?

Jika Anda memutuskan untuk menempuh jalur ini, di mana Anda akan menemukan pekerjaan?

  • Perusahaan Teknologi Raksasa (Big Tech): Perusahaan seperti Meta (Facebook, Instagram), Google, Uber, dan lainnya yang memiliki aplikasi iOS yang sudah berumur lebih dari satu dekade pasti memiliki basis kode Objective-C yang masif.
  • Industri Finansial (Bank & Fintech): Ini adalah pasar yang sangat besar. Aplikasi perbankan dan finansial sangat mengutamakan stabilitas dan keamanan di atas penggunaan teknologi terbaru. Basis kode mereka sering kali merupakan warisan Objective-C yang kompleks, dan mereka bersedia membayar mahal untuk engineer yang bisa menanganinya.
  • Perusahaan Konsultasi dan Agensi Digital: Banyak perusahaan yang mengambil alih proyek pemeliharaan aplikasi dari klien-klien besar. Mereka selalu membutuhkan talenta yang fleksibel dan mampu bekerja dengan teknologi lama maupun baru.

baca juga : Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia Meraih Juara Duta Bahasa Nasional 2025

Peta Jalan Menjadi Spesialis yang Dicari

Jalur ini bukanlah untuk pemula absolut. Menjadi spesialis Objective-C di era modern adalah sebuah langkah lanjutan, bukan langkah pertama.

Langkah 1: Kuasai Swift Terlebih Dahulu Ini mungkin terdengar aneh, tetapi ini adalah langkah yang paling penting. Anda tidak bisa menghindari Swift. Di dunia kerja saat ini, Anda diharapkan untuk mahir dalam Swift. Anggap Swift sebagai bahasa utama Anda. Bangun fondasi yang kokoh di sana.

Langkah 2: Pelajari Fundamental Objective-C sebagai Bahasa Kedua Setelah Anda nyaman dengan Swift, mulailah mempelajari Objective-C. Fokus pada konsep-konsep yang membuatnya unik:

  • Sintaks pengiriman pesan dengan tanda kurung siku [objek metode].
  • Manajemen memori (pahami konsep Retain Cycles meskipun sudah ada ARC).
  • Konsep pointers yang diwarisi dari bahasa C.
  • Perbedaan antara nil dan Nil.

Langkah 3: Fokus pada Keterampilan Interoperabilitas Inilah skill yang paling mahal. Kemampuan untuk membuat kode Swift dan Objective-C bisa “berbicara” dan bekerja sama dalam satu proyek yang sama. Pelajari cara menggunakan Bridging Header untuk memungkinkan kode Swift memanggil kelas Objective-C, dan sebaliknya. Buatlah sebuah proyek portofolio kecil yang secara sengaja mencampurkan kedua bahasa ini.

Langkah 4: Posisikan Diri Anda Secara Strategis Saat melamar pekerjaan, jangan hanya menulis “iOS Developer” di CV atau profil LinkedIn Anda. Gunakan branding yang lebih spesifik dan menjual:

  • “iOS Engineer with expertise in Swift and Objective-C interoperability.”
  • “Mobile Developer specializing in maintaining and modernizing legacy iOS applications.”

Ini akan langsung menarik perhatian rekruter yang sedang mencari talenta langka ini.

penulis : Muhammad Anwar Fuadi

More From Author

Trik Cerdas Biar Portofolio Kamu Dilirik HR PWA UI UX Designer

Langkah Jitu Jadi Android App Architect dan Dapat Pekerjaan Impian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *