Kalau kamu pengen jadi Full Stack DevOps Developer, berarti kamu siap masuk dunia yang seru tapi juga menantang. Posisi ini nggak cuma butuh kemampuan coding, tapi juga skill untuk mengelola infrastruktur, deployment, hingga memastikan aplikasi berjalan stabil dan scalable. Karena tanggung jawabnya luas, perusahaan biasanya nyari kandidat yang bener-bener “paket lengkap”.
Nah, biar skill kamu dilirik dan jadi pilihan utama perusahaan, ada beberapa tips ampuh yang bisa kamu terapkan. Di artikel ini, kita bakal kupas satu per satu supaya kamu makin percaya diri dalam membangun karier.
baca juga:CodeCharge Studio, ‘Nenek Moyang’ Platform Low Code Zaman Dulu.
1. Kuasai Dasar-Dasar Full Stack Development
Sebelum ngomongin DevOps, kamu harus kuat di full stack development dulu. Artinya, kamu harus bisa handle front-end, back-end, dan database.
- Front-end: HTML, CSS, JavaScript, dan framework populer seperti React, Vue, atau Angular.
- Back-end: Node.js, Django, Laravel, atau Spring Boot.
- Database: MySQL, PostgreSQL, MongoDB, atau Firebase.
Kalau fondasi ini kuat, kamu bakal lebih mudah belajar DevOps karena sudah paham alur kerja aplikasi dari ujung ke ujung.
2. Pahami Konsep DevOps
DevOps itu lebih dari sekadar deployment. Ini adalah filosofi kerja yang menggabungkan development dan operations supaya proses pengembangan lebih cepat, aman, dan efisien.
Beberapa konsep yang perlu kamu pahami:
- Continuous Integration / Continuous Deployment (CI/CD): Otomatisasi testing dan deployment biar lebih cepat dan minim error.
- Infrastructure as Code (IaC): Gunakan tools seperti Terraform atau Ansible untuk mengelola infrastruktur.
- Monitoring & Logging: Pantau performa aplikasi dengan tools seperti Prometheus, Grafana, atau ELK Stack.
Kalau kamu bisa kombinasi full stack dan DevOps, skill-mu bakal jadi paket lengkap yang dicari perusahaan.
3. Bangun Portofolio yang Keren
Perusahaan nggak cuma percaya kata-kata di CV. Mereka pengen bukti nyata. Nah, portofolio proyek adalah cara terbaik buat nunjukin kemampuanmu.
Tips bikin portofolio Full Stack DevOps Developer:
- Buat proyek nyata yang mencakup front-end, back-end, database, dan deployment ke cloud.
- Gunakan CI/CD pipeline supaya proyek terlihat profesional.
- Upload ke GitHub dan sertakan dokumentasi lengkap.
Contohnya:
- Aplikasi e-commerce lengkap dengan login, payment gateway, dan dashboard admin.
- Aplikasi manajemen proyek dengan fitur real-time update dan monitoring performa server.
Portofolio yang solid bikin skillmu langsung terlihat dan dilirik recruiter.
4. Kuasai Tools dan Platform DevOps
Selain coding, perusahaan bakal nyari kandidat yang nyaman dengan tools DevOps. Beberapa yang wajib kamu kuasai antara lain:
- Version Control: Git & GitHub/GitLab.
- Containerization: Docker dan Kubernetes.
- Cloud Services: AWS, Google Cloud, Azure.
- CI/CD Tools: Jenkins, GitHub Actions, GitLab CI.
Kalau kamu bisa kombinasi full stack development dan tools ini, peluangmu dilirik jadi jauh lebih besar.
5. Asah Problem-Solving dan Troubleshooting
Seorang Full Stack DevOps Developer bukan cuma ngoding, tapi juga harus bisa menyelesaikan masalah cepat. Misalnya, ketika aplikasi down, kamu harus bisa nge-trace apakah masalah ada di server, database, atau kode.
Tips asah skill ini:
- Biasakan debugging step by step.
- Gunakan monitoring dan logging tools untuk identifikasi masalah.
- Pecah masalah besar jadi bagian kecil biar lebih mudah ditangani.
Kemampuan problem-solving yang kuat bikin kamu terlihat lebih profesional dan bisa diandalkan.
6. Perkuat Soft Skills
Skill teknis penting, tapi soft skills nggak kalah krusial. Rekruiter bakal lihat seberapa baik kamu bisa bekerja sama dengan tim.
Soft skills yang perlu diasah:
- Komunikasi efektif: Bisa jelasin ide teknis ke tim non-teknis.
- Kerja sama tim: Bisa kolaborasi dengan designer, QA, dan product manager.
- Time management: Bisa selesaikan tugas tepat waktu tanpa mengorbankan kualitas.
- Adaptasi cepat: Siap belajar teknologi baru dan metode kerja terbaru.
Engineer yang punya kombinasi hard skills dan soft skills biasanya lebih cepat naik jabatan.
7. Ikut Proyek Nyata dan Open Source
Kalau mau skillmu makin dilirik, jangan cuma latihan di komputer sendiri. Coba ikut proyek nyata atau open source.
Keuntungan ikut proyek:
- Dapet pengalaman kerja tim.
- Bisa belajar standar coding dari developer lain.
- Punya track record kontribusi nyata yang bisa dicantumkan di CV.
Bahkan kontribusi open source kecil pun bisa bikin recruiter melihat kamu sebagai kandidat aktif dan passionate.
8. Sertifikasi dan Bootcamp
Sertifikasi nggak wajib, tapi bisa bikin skill kamu lebih terlihat dan menonjol. Contohnya:
- AWS Certified Developer atau Google Cloud Professional Engineer.
- Docker & Kubernetes Certified.
- Bootcamp Full Stack + DevOps yang punya project nyata.
Dengan sertifikasi, recruiter bakal lebih percaya kalau kamu punya skill yang diakui industri.
9. Bangun Personal Branding
Di dunia digital, personal branding bisa jadi pembeda. Banyak recruiter sekarang cari kandidat lewat LinkedIn atau komunitas developer.
Tips bangun branding:
- Aktif posting insight atau proyek di LinkedIn.
- Share artikel atau tutorial yang kamu buat.
- Ikut komunitas online seperti Discord, Slack, atau GitHub.
Dengan branding yang kuat, kadang tawaran kerja datang bahkan tanpa melamar.
10. Konsisten Belajar dan Berlatih
Teknologi selalu berkembang, dari framework baru sampai tools DevOps yang lebih efisien. Jadi, konsistensi belajar itu wajib.
Tips konsisten:
- Sisihkan waktu tiap minggu buat eksplor teknologi baru.
- Ikuti webinar, kursus, atau workshop online.
- Ikut tantangan coding atau hackathon.
Kalau kamu terus belajar, skillmu nggak akan stagnan, dan peluang dilirik perusahaan makin besar.
penulis:dafa aditiya.f