Blockchain berkembang sangat cepat, tapi di balik popularitasnya, ada masalah besar: skalabilitas. Transaksi sering lambat, biaya tinggi, dan jaringan bisa macet saat jumlah pengguna melonjak. Di sinilah peran Blockchain Scalability Engineer menjadi penting. Profesi ini bertugas mencari cara agar blockchain tetap cepat, efisien, dan mampu melayani jutaan pengguna. Buat anak muda yang ingin terjun ke dunia ini, ada banyak cara seru untuk memulai perjalanan.
baca juga:Skill Wajib yang Harus Kamu Kuasai Buat Jadi Real Time Data Processing Engineer
Kenalan Dulu dengan Blockchain Scalability Engineer
Blockchain Scalability Engineer adalah sosok yang fokus mengatasi keterbatasan kapasitas blockchain. Mereka bekerja di area optimasi throughput, latency, konsensus, hingga penerapan Layer-2. Posisi ini berada di antara software engineering, sistem terdistribusi, dan kriptografi.
Kalau developer biasa membangun aplikasi, scalability engineer memastikan aplikasinya bisa berjalan lancar walau pengguna tumbuh pesat.
Mulai dengan Dasar Blockchain
Cara seru masuk dunia ini adalah memahami dulu dasar blockchain. Jangan buru-buru mempelajari hal kompleks seperti rollups atau sharding sebelum benar-benar mengerti konsep inti.
Beberapa hal yang wajib dipahami:
- Cara transaksi dicatat di dalam block.
- Bagaimana node saling berkomunikasi.
- Mekanisme distributed ledger yang membuat data sulit diubah.
- Peran hash, tanda tangan digital, dan kriptografi sederhana.
Dengan dasar ini, kamu tidak akan bingung saat melangkah ke topik skalabilitas.
Pilih Bahasa Pemrograman Favorit
Blockchain Scalability Engineer butuh kemampuan coding yang kuat. Serunya, kamu bisa pilih bahasa sesuai minat:
- Solidity untuk mengoptimasi smart contract di Ethereum.
- Rust buat Solana, Polkadot, atau blockchain modern.
- Go untuk sistem inti seperti Geth dan Cosmos SDK.
- Python untuk scripting, analisis data, dan testing.
Pilih satu dulu, kuasai, lalu kembangkan ke bahasa lain sesuai kebutuhan proyek.
Eksperimen di Testnet
Belajar blockchain nggak harus membosankan. Salah satu cara seru adalah langsung eksperimen di testnet. Kamu bisa:
- Menjalankan node Ethereum atau Solana.
- Mengukur seberapa cepat transaksi diproses.
- Membandingkan performa berbagai jaringan.
- Mencoba deploy smart contract sederhana.
Testnet gratis dan aman, jadi cocok untuk belajar tanpa risiko kehilangan uang.
Kuasai Mekanisme Konsensus
Konsensus adalah bagian paling penting dalam skalabilitas. Blockchain Scalability Engineer harus tahu bagaimana perbedaan mekanisme konsensus memengaruhi performa.
- Proof of Work (PoW): aman tapi lambat.
- Proof of Stake (PoS): lebih cepat dan hemat energi.
- Delegated Proof of Stake (DPoS): scalable tapi agak sentralistik.
- BFT dan variasinya: cocok untuk jaringan private.
Serunya, kamu bisa menganalisis kenapa Solana lebih cepat daripada Ethereum, atau kenapa Cosmos dan Polkadot bisa saling terhubung.
Belajar Layer-2 Scaling
Layer-2 adalah solusi populer untuk meningkatkan kapasitas blockchain. Cara seru untuk mempelajarinya adalah mencoba langsung.
- State channels: transaksi berlangsung off-chain, hasil akhirnya masuk main chain.
- Sidechains: rantai paralel dengan aturan sendiri.
- Optimistic rollups: kumpulan transaksi diasumsikan valid.
- ZK-rollups: transaksi diverifikasi dengan bukti kriptografi.
Dengan mencoba Layer-2 di testnet, kamu akan melihat betapa besar pengaruhnya pada performa jaringan.
Optimasi Smart Contract
Banyak masalah performa sebenarnya berasal dari smart contract yang tidak efisien. Menjadi Blockchain Scalability Engineer berarti harus jago mengoptimasi kode.
Prinsip sederhana:
- Hindari perulangan panjang.
- Gunakan struktur data yang efisien.
- Simpan data besar off-chain.
- Lakukan gas optimization sebelum deploy.
Belajar optimasi smart contract bisa jadi pengalaman seru, apalagi kalau kamu berhasil menurunkan gas fee hingga separuhnya.
Kuasai Tools Benchmarking
Tanpa data, optimasi tidak ada artinya. Blockchain Scalability Engineer harus terbiasa mengukur performa dengan alat benchmarking.
Beberapa tools yang sering dipakai:
- Hyperledger Caliper untuk uji performa blockchain.
- Prometheus dan Grafana untuk memantau metrik real-time.
- JMeter untuk simulasi beban transaksi.
- ELK Stack untuk analisis log.
Serunya, kamu bisa membuat dashboard performa blockchain sendiri dan membagikannya ke komunitas.
Belajar DevOps untuk Blockchain
Mengelola node blockchain dalam skala besar butuh skill DevOps. Serunya, banyak tools DevOps bisa langsung dicoba.
- Docker: bikin node dalam container dengan cepat.
- Kubernetes: kelola node dalam cluster.
- Ansible: automasi konfigurasi jaringan.
- Terraform: kelola infrastruktur sebagai kode.
Skill DevOps bikin kamu lebih fleksibel dalam deployment dan testing blockchain.
Ikut Komunitas Blockchain
Cara seru masuk dunia ini adalah bergabung dengan komunitas. Di komunitas, kamu bisa bertukar pengalaman, belajar trik baru, bahkan dapat kesempatan kerja.
Tempat yang bisa dicoba:
- Forum GitHub project blockchain open-source.
- Discord dan Telegram developer blockchain.
- Meetup atau hackathon blockchain lokal maupun internasional.
Komunitas bukan hanya tempat belajar, tapi juga pintu masuk ke dunia profesional.
Bangun Portofolio Keren
Perusahaan lebih percaya pada bukti nyata daripada klaim di CV. Karena itu, bangun portofolio dari proyek nyata.
Beberapa ide:
- Posting hasil benchmarking blockchain di GitHub.
- Membuat artikel tentang optimasi Layer-2.
- Menunjukkan dashboard performa node yang kamu bangun.
- Berkontribusi pada proyek open-source blockchain.
baca juga:Teknik Elektro Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Pengabdian Masyarakat di MAN 1 Bandar Lampung
Portofolio keren akan membuatmu lebih menonjol di mata recruiter.
Asah Soft Skill
Blockchain Scalability Engineer tidak hanya berurusan dengan kode, tapi juga dengan tim. Soft skill jadi bagian penting untuk sukses.
- Komunikasi yang jelas agar bisa menjelaskan hasil optimasi.
- Problem solving untuk menemukan solusi kreatif.
- Kerja sama tim dengan developer, security engineer, dan product manager.
Mengasah soft skill akan membuat perjalananmu di dunia blockchain lebih mulus.
penulis:mudho firudin