Blockchain terus berkembang dengan cepat, tapi masalah skalabilitas masih jadi tantangan besar. Transaksi sering lambat, biaya tinggi, dan jaringan macet saat pengguna membludak. Nah, di sinilah peran Blockchain Scalability Engineer jadi penting. Bagi kamu yang tertarik masuk ke dunia ini, jangan takut terlihat rumit. Kalau tahu jalannya, bikin karier sebagai Blockchain Scalability Engineer itu gampang banget.

baca juga:Skill Wajib yang Harus Kamu Kuasai Buat Jadi Real Time Data Processing Engineer

Kenali Peran Blockchain Scalability Engineer

Blockchain Scalability Engineer adalah orang yang fokus mencari cara agar blockchain bisa menangani lebih banyak transaksi tanpa mengorbankan keamanan dan desentralisasi. Tugas mereka meliputi optimasi performa, penerapan Layer-2, hingga merancang algoritma konsensus baru.

Peran ini sering berada di antara software engineering, sistem terdistribusi, dan kriptografi. Jadi, punya pemahaman luas di tiga bidang ini bikin langkahmu lebih ringan.

Kuasai Dasar Blockchain Sebelum Lompat Lebih Jauh

Gampang banget kalau kamu mulai dari dasar. Jangan terburu-buru belajar rollups atau sharding kalau cara kerja block saja belum paham.

Hal-hal yang wajib kamu kuasai:

• Bagaimana transaksi masuk ke dalam block.
• Fungsi node dalam menjaga konsistensi jaringan.
• Apa itu konsensus dan mengapa penting.
• Cara hash dan tanda tangan digital menjaga keamanan.

Dengan pondasi ini, melangkah ke topik lanjutan jadi lebih mudah.

Pilih Bahasa Pemrograman yang Sesuai

Bahasa pemrograman adalah senjata utama seorang Blockchain Scalability Engineer. Kamu nggak perlu menguasai semuanya sekaligus, cukup pilih sesuai ekosistem yang diminati.

• Solidity kalau mau fokus di Ethereum.
• Rust buat Solana, Polkadot, atau blockchain modern.
• Go untuk Cosmos SDK dan infrastruktur node.
• Python buat eksperimen, analisis, dan scripting.

Mulai dari satu bahasa dulu, baru kembangkan ke yang lain.

Belajar Mekanisme Konsensus

Konsensus adalah jantung blockchain. Kalau mau gampang masuk ke dunia ini, pahami bagaimana berbagai mekanisme konsensus bekerja.

• Proof of Work (PoW) aman tapi lambat.
• Proof of Stake (PoS) lebih efisien dan scalable.
• Delegated Proof of Stake (DPoS) throughput tinggi.
• Byzantine Fault Tolerance (BFT) cocok untuk private blockchain.

Dengan paham konsensus, kamu bisa menganalisis kenapa satu blockchain lebih cepat daripada yang lain.

Eksperimen di Testnet

Belajar teori doang bikin cepat lupa. Cara gampang untuk belajar adalah langsung eksperimen di testnet.

Aktivitas yang bisa kamu coba:

• Menjalankan node Ethereum atau Solana.
• Deploy smart contract sederhana.
• Melihat perbedaan performa mainnet vs testnet.
• Membandingkan berbagai Layer-2.

Testnet gratis dan aman, jadi cocok buat belajar tanpa risiko kehilangan uang.

Dalami Solusi Layer-2

Layer-2 adalah solusi paling populer buat meningkatkan skalabilitas. Kalau kamu mau cepat masuk ke dunia ini, coba langsung praktik.

Jenis-jenis Layer-2 yang penting:

• State channels untuk transaksi off-chain.
• Sidechains dengan aturan blockchain tersendiri.
• Optimistic rollups yang mengandalkan validasi belakangan.
• ZK-rollups dengan bukti kriptografi.

Coba masing-masing di jaringan uji coba biar makin paham.

Pahami Konsep Sharding

Sharding bisa bikin blockchain lebih scalable dengan membagi data ke banyak bagian. Konsep ini mirip dengan database besar seperti MongoDB atau Cassandra.

Belajar sharding gampang banget kalau kamu sudah terbiasa dengan sistem database terdistribusi. Dari sana, kamu bisa melihat gimana prinsip yang sama dipakai di blockchain.

Tambah Skill DevOps

Blockchain Scalability Engineer bukan hanya soal coding, tapi juga menjaga infrastruktur. DevOps bikin kamu lebih gesit dalam deployment.

Tools DevOps yang penting:

• Docker untuk bikin node container.
• Kubernetes untuk mengatur cluster blockchain.
• Prometheus dan Grafana untuk monitoring.
• Terraform untuk infrastruktur otomatis.

Dengan skill ini, kamu bisa bikin sistem blockchain lebih stabil dan scalable.

Latihan Analisis Performa

Salah satu skill penting adalah menganalisis performa blockchain. Kamu harus bisa menunjukkan data nyata tentang hasil optimasi yang dilakukan.

Beberapa tools untuk latihan:

• Hyperledger Caliper buat benchmarking blockchain.
• JMeter untuk simulasi beban transaksi.
• Grafana untuk bikin dashboard performa.

Kalau kamu punya data nyata, gampang banget buat meyakinkan recruiter bahwa skill kamu terbukti.

Ikut Komunitas Blockchain

Jangan belajar sendirian. Komunitas adalah tempat terbaik untuk cari inspirasi, mentor, dan peluang kerja.

Tempat populer untuk gabung:

• Discord komunitas developer blockchain.
• Telegram grup open-source project.
• Hackathon blockchain online maupun offline.

Aktif di komunitas bikin kamu lebih gampang dikenal dan dilirik perusahaan.

Bangun Portofolio Nyata

CV saja nggak cukup. Kamu butuh portofolio yang menunjukkan kemampuan nyata.

Beberapa ide portofolio:

• Proyek open-source yang kamu kontribusi.
• Artikel tentang eksperimen Layer-2.
• Repository GitHub berisi hasil benchmarking.
• Dashboard monitoring blockchain yang kamu buat.

Dengan portofolio, perusahaan bisa langsung melihat bukti kemampuanmu.

Jangan Lupa Asah Soft Skill

Gampang banget kalau kamu juga jago komunikasi. Blockchain Scalability Engineer sering kerja bareng tim global, jadi soft skill penting banget.

Yang perlu diasah:

• Komunikasi untuk menjelaskan ide teknis.
• Problem solving untuk cari solusi kreatif.
• Kolaborasi lintas tim agar proyek berjalan mulus.

baca juga:Teknik Elektro Universitas Teknokrat Indonesia Gelar Pengabdian Masyarakat di MAN 1 Bandar Lampung

Soft skill bikin kariermu lebih cepat berkembang.

Manfaatkan Sumber Belajar Gratis

Kalau kamu pikir belajar blockchain mahal, itu salah besar. Banyak sumber gratis yang bisa dipakai.

Contoh:

• Dokumentasi resmi Ethereum, Solana, dan Polkadot.
• Kursus online gratis di YouTube atau Coursera.
• Forum developer di Reddit dan GitHub.

Belajar dari sumber gratis bikin perjalananmu gampang banget tanpa hambatan biaya.

penulis:mudho firudin