Menyimak Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia Masih Relevan kah?

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dulu sering dianggap sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Tapi hari ini, arah dan tujuannya sudah jauh berkembang. Di tengah zaman yang penuh disrupsi, pendidikan kewarganegaraan kembali jadi sorotan karena dianggap penting dalam membentuk karakter warga negara yang kritis, aktif, dan cinta tanah air.

Perkembangan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia mengalami banyak transformasi, baik dari sisi kurikulum, pendekatan, hingga penerapan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Dari sekadar menghafal sila Pancasila dan Undang-Undang, kini pendidikan kewarganegaraan berusaha membentuk pribadi yang sadar hak dan kewajibannya sebagai warga negara.


Apa Sebenarnya Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan?

Pendidikan kewarganegaraan bukan sekadar pelajaran sekolah biasa. Tujuan utamanya adalah menumbuhkan sikap nasionalisme, semangat demokrasi, dan kesadaran hukum serta HAM. Di tengah masyarakat yang semakin majemuk dan digital, PKn menjadi benteng moral agar generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh arus negatif seperti radikalisme, intoleransi, dan disinformasi.

Secara umum, pendidikan kewarganegaraan bertujuan:

  • Menanamkan rasa cinta tanah air
  • Membentuk warga negara yang aktif dan bertanggung jawab
  • Mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sosial
  • Meningkatkan pemahaman tentang demokrasi, hukum, dan HAM
  • Mendorong partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Dengan kata lain, PKn adalah media untuk memperkuat identitas kebangsaan di tengah globalisasi.


Bagaimana Kurikulum PKn Berubah dari Masa ke Masa?

Jika menilik ke belakang, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia telah melalui berbagai fase. Pada era Orde Baru, mata pelajaran ini dikenal dengan nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP), yang lebih fokus pada penanaman nilai-nilai ideologi Pancasila secara normatif.

Masuk era Reformasi, nama dan pendekatannya berganti menjadi Pendidikan Kewarganegaraan. Di sinilah titik balik dimulai. Kurikulum mulai diarahkan untuk mendorong peserta didik menjadi warga negara yang berpikir kritis, bukan sekadar patuh.

Kini, dalam Kurikulum Merdeka yang diterapkan di beberapa sekolah, pendekatan pendidikan kewarganegaraan semakin kontekstual. Siswa diajak untuk berdiskusi tentang isu-isu terkini seperti hak digital, partisipasi dalam pemilu, hingga pentingnya menghargai perbedaan.

Perkembangan kurikulum PKn secara garis besar:

  • PMP (Orde Baru): Fokus pada hafalan dan doktrin
  • PKn (Reformasi): Mulai mengembangkan sikap demokratis
  • PKn Kurikulum Merdeka: Kontekstual, partisipatif, dan berbasis isu aktual

Apa Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Saat Ini?

Meski terlihat berkembang, pendidikan kewarganegaraan masih menghadapi sejumlah tantangan di lapangan. Salah satu yang paling mencolok adalah persepsi masyarakat dan siswa yang menganggap PKn sebagai pelajaran “kering” dan tidak aplikatif.

Selain itu, tantangan lainnya mencakup:

  • Kurangnya pelatihan guru untuk mengemas PKn secara menarik dan interaktif
  • Minimnya ruang diskusi di kelas, sehingga siswa tidak terbiasa berpikir kritis
  • Masih dominannya pendekatan hafalan daripada pengalaman nyata
  • Kurangnya keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa

Padahal, jika dikemas dengan baik, PKn bisa menjadi pelajaran yang hidup dan menyenangkan. Misalnya, siswa bisa diajak berdiskusi soal hoaks di media sosial sebagai bentuk edukasi literasi digital dan kewarganegaraan.


Seberapa Besar Peran PKn dalam Membangun Generasi Muda?

Di tengah derasnya informasi dari berbagai penjuru dunia, pendidikan kewarganegaraan justru menjadi semakin relevan. Generasi muda yang hidup di era digital sangat rentan terhadap polarisasi, ujaran kebencian, dan pengaruh ideologi transnasional.

Baca juga: Sandra Dewi resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi timah Rp271 triliun pada awal Juni, benarkah?

PKn punya peran penting untuk:

  • Menanamkan nilai kebhinekaan sejak dini
  • Mengajarkan keterlibatan aktif dalam masyarakat
  • Membangun kesadaran kritis terhadap isu-isu kebangsaan
  • Menumbuhkan etos tanggung jawab sosial

Generasi muda yang memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara akan lebih siap terlibat dalam kehidupan demokratis, dari memilih dalam pemilu hingga terlibat dalam kegiatan sosial.


Bagaimana Cara Membuat PKn Lebih Menarik?

Salah satu kunci sukses pendidikan kewarganegaraan adalah pendekatan yang lebih kontekstual dan berbasis pengalaman. Guru bisa menggunakan metode pembelajaran yang interaktif seperti:

  • Debat dan diskusi kelompok
  • Studi kasus tentang masalah sosial
  • Simulasi pemilu mini di sekolah
  • Kunjungan ke lembaga pemerintahan
  • Proyek sosial berbasis komunitas

Dengan metode seperti ini, siswa tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung merasakan bagaimana menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab.

Baca juga: Tren busana anak muda dipengaruhi perilaku imitasi


Penutup: Pendidikan Kewarganegaraan Masih Pentingkah?

Jawabannya: sangat penting. Di tengah tantangan globalisasi, digitalisasi, dan menurunnya rasa nasionalisme, pendidikan kewarganegaraan justru menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun bangsa.

Namun, agar tetap relevan, pendekatannya harus terus diperbarui. Bukan lagi semata-mata soal hafalan, tapi pembelajaran yang hidup, menyentuh kehidupan sehari-hari, dan membuat siswa bangga menjadi bagian dari Indonesia.

Penulis: Dita mutiara

More From Author

Contoh Cerpen tentang Pendidikan

Pengaruh Globalisasi dalam Bidang Pendidikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *