Di tengah derasnya arus teknologi dan perkembangan zaman, pendidikan budi pekerti kini sering kali hanya menjadi pelengkap dalam sistem pendidikan. Padahal, nilai-nilai moral dan etika yang ditanamkan sejak dini bisa menjadi fondasi utama untuk membentuk pribadi yang berintegritas. Sayangnya, pendidikan karakter ini kerap tersisihkan oleh tuntutan akademik dan pencapaian nilai semata.
Pendidikan budi pekerti bukanlah mata pelajaran biasa. Ini adalah upaya membentuk sikap, perilaku, dan kebiasaan baik yang akan menemani seseorang sepanjang hidupnya. Maka dari itu, penting bagi semua pihak—baik orang tua, guru, maupun masyarakat—untuk memahami kembali arti penting pendidikan budi pekerti.
Apa Itu Pendidikan Budi Pekerti, dan Mengapa Penting?
Secara sederhana, pendidikan budi pekerti adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral yang baik, seperti jujur, tanggung jawab, sopan santun, dan empati terhadap sesama. Pendidikan ini tidak selalu harus bersifat formal; justru seringkali dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga.
Mengapa penting? Karena tanpa karakter yang kuat, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menghadapi dunia nyata. Banyak contoh di sekitar kita, orang-orang dengan prestasi tinggi namun gagal menjaga integritasnya. Di sinilah budi pekerti mengambil peran—membentuk manusia seutuhnya, bukan hanya pintar, tapi juga bijak.
Beberapa nilai utama yang diajarkan dalam pendidikan budi pekerti meliputi:
- Kejujuran: Berani berkata benar meskipun sulit.
- Tanggung jawab: Mampu mempertanggungjawabkan tindakan sendiri.
- Toleransi: Menghargai perbedaan tanpa diskriminasi.
- Disiplin: Mentaati aturan yang berlaku dengan kesadaran sendiri.
- Empati dan kepedulian sosial: Mampu menempatkan diri dalam perasaan orang lain.
Nilai-nilai ini penting diajarkan sejak usia dini, agar tertanam menjadi bagian dari kepribadian anak.
Baca juga: Wakil Ketua DPR sebut 12 poin perhatian Masa Sidang IV Tahun 2022-2023
Apakah Budi Pekerti Masih Diajarkan di Sekolah?
Pertanyaan ini cukup sering muncul, dan jawabannya—iya, tapi belum optimal. Saat ini pendidikan karakter memang sudah masuk dalam kurikulum nasional melalui pendekatan tematik maupun kegiatan ekstrakurikuler. Namun, penerapannya masih menghadapi tantangan.
Beberapa tantangan tersebut antara lain:
- Fokus berlebihan pada nilai akademik
Sekolah lebih menekankan ujian dan nilai, membuat aspek moral menjadi prioritas kedua. - Kurangnya keteladanan dari guru atau orang dewasa
Anak-anak belajar dari contoh. Jika lingkungan sekitarnya tidak menunjukkan perilaku yang baik, maka nilai-nilai budi pekerti hanya akan menjadi teori. - Minimnya integrasi dalam kehidupan sehari-hari di sekolah
Budi pekerti seharusnya tidak hanya diajarkan dalam satu sesi pelajaran, tapi dijalani sebagai budaya sekolah—misalnya lewat kegiatan gotong royong, program anti-bullying, atau penghargaan untuk perilaku baik.
Bagaimana Cara Menanamkan Budi Pekerti Sejak Dini?
Pendidikan budi pekerti idealnya dimulai dari rumah. Keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi anak. Orang tua memiliki peran besar dalam menanamkan nilai moral yang nantinya akan dibawa anak ke lingkungan luar.
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Memberikan contoh langsung
Anak belajar dari apa yang dilihat. Jika orang tua terbiasa berkata jujur, meminta maaf, dan menghargai orang lain, anak akan menirunya. - Memberi pemahaman, bukan sekadar hukuman
Saat anak berbuat salah, berikan penjelasan mengapa perbuatannya tidak baik, bukan hanya menghukum. - Mengajak berdiskusi
Tanyakan pendapat anak tentang suatu masalah moral. Ini melatih empati dan logika berpikirnya. - Menumbuhkan kebiasaan baik lewat rutinitas harian
Seperti mengucap terima kasih, menolong orang tua, atau menjaga kebersihan lingkungan.
Di sekolah, guru juga perlu melibatkan pendidikan karakter dalam metode mengajarnya. Bukan hanya fokus menyampaikan materi, tapi juga membentuk suasana kelas yang penuh penghargaan, toleransi, dan kerja sama.
Apakah Teknologi Bisa Mendukung Pendidikan Budi Pekerti?
Banyak yang menganggap teknologi sebagai penghambat dalam menanamkan nilai moral, tapi sebenarnya teknologi bisa menjadi alat bantu yang efektif—asal digunakan dengan bijak.
Beberapa contoh pemanfaatannya:
- Video edukatif tentang nilai moral dan kisah inspiratif.
- Permainan interaktif yang mengajarkan kerja sama, kejujuran, atau tanggung jawab.
- Platform diskusi online yang mendorong siswa belajar berpendapat dengan sopan.
Namun, peran pendampingan tetap krusial. Orang tua dan guru harus tetap memantau serta membimbing penggunaan teknologi agar tidak menjadi bumerang.
Baca juga: Kesalehan digital dan pentingnya “karakter” di era digital
Kesimpulan: Saatnya Kembali Mengutamakan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti bukan sekadar pelengkap, tapi fondasi utama dalam membentuk generasi yang cerdas sekaligus bermoral. Di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan penuh distraksi, nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati justru menjadi bekal paling penting.
Semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan masyarakat, punya andil dalam menanamkan dan menumbuhkan budi pekerti. Mari jadikan pendidikan karakter sebagai budaya hidup, bukan hanya pelajaran sesaat. Karena bangsa yang besar bukan hanya karena otaknya, tapi juga karena hatinya.
Penulis: Dita mutiara