Penyanyi Selvi Kitty baru-baru ini bikin heboh dengan pengumuman tentang dirinya yang lagi mempersiapkan kehamilan. Tapi tunggu dulu, bukan hamil beneran ya, Bun! Selvi ternyata lagi menjalani proses pembekuan sel telur atau yang lebih dikenal dengan istilah egg freezing.
Lewat postingan di Instagramnya, Selvi cerita kalau dia pengen punya momongan lagi. AKU HAMIL LAGI !!!! Eits ,bukan hamil sih lebih tepatnya mempersiapkan kehamilan yang akan datang, tulisnya. Selvi sendiri udah punya satu anak cowok ganteng bernama Abizard Kavin Suseno yang lahir tahun 2019.
Keputusan Selvi buat egg freezing ini bukan tanpa alasan lho. Selain karena belum ada rencana nikah dan punya anak lagi dalam waktu dekat, Selvi juga sadar kalau usianya udah nggak muda lagi. Nah, egg freezing ini dianggap sebagai solusi buat mempertahankan kesuburan, apalagi kalau ada masalah kesehatan atau pengen nunda punya anak.
Kenapa sih perempuan mikir buat egg freezing?
Menurut dokter ginekologi Pardis Hosseinzadeh, salah satu faktor terbesar yang bikin perempuan memutuskan buat egg freezing adalah jam biologis atau usia. Kita semua tahu kan, seiring bertambahnya usia, jumlah dan kualitas sel telur juga ikut menurun. Bahkan, persediaan sel telur mulai menurun drastis di usia 37 tahun.
Hosseinzadeh juga bilang, di usia 43 tahun, sekitar 90 persen sel telur perempuan udah nggak normal. Artinya, potensi buat hamil juga jadi kecil banget. Makanya, egg freezing jadi pilihan yang menarik buat perempuan yang pengen punya anak di masa depan, tapi belum siap sekarang.
Selain faktor usia, ada juga kondisi medis tertentu yang bisa jadi alasan buat egg freezing. Misalnya, perempuan yang lagi menjalani kemoterapi atau punya penyakit endometriosis parah. Soalnya, perawatan ini bisa merusak sel telur dan bikin susah hamil.
Egg freezing itu apa sih dan gimana caranya?
Buat yang belum tahu, egg freezing atau kriopreservasi oosit adalah salah satu bentuk teknologi bantuan reproduksi. Singkatnya, proses ini melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium, lalu dibekukan dan disimpan buat digunakan di masa depan.
Prosesnya sendiri nggak terlalu rumit kok. Pertama, dokter bakal memberikan obat-obatan buat merangsang ovarium supaya menghasilkan lebih banyak sel telur. Setelah itu, sel telur akan diambil lewat prosedur kecil yang disebut aspirasi folikel. Sel telur yang udah diambil, langsung dibekukan dengan teknik khusus yang disebut vitrifikasi.
Sel telur yang udah dibekukan ini bisa disimpan selama bertahun-tahun. Nantinya, kalau udah siap hamil, sel telur akan dicairkan, dibuahi dengan sperma di laboratorium, dan ditanamkan ke rahim.
Ada efek sampingnya nggak sih?
Tenang aja, Bun! Efek samping egg freezing biasanya nggak parah kok. Kebanyakan efek sampingnya cuma karena peningkatan kadar hormon akibat stimulasi ovarium. Beberapa wanita mungkin ngerasa perut kembung, kram, atau nyeri ringan setelah prosedur pengambilan sel telur.
Tapi, dalam kasus yang jarang terjadi, ada juga pasien yang ngalamin sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS). Kondisi ini terjadi kalau obat-obatan yang digunakan buat merangsang ovarium bikin kadar hormon jadi terlalu tinggi. Akibatnya, ovarium bisa membesar, cairan bocor ke dalam perut, dan terjadi kelainan elektrolit.
Menurut penelitian, perempuan yang usianya di bawah 35 tahun lebih mungkin ngalamin efek samping ini. Tapi, jangan khawatir, dokter pasti bakal memantau kondisi Bunda selama proses egg freezing buat mencegah atau mengatasi efek samping yang mungkin muncul.
Egg freezing memang bukan jaminan 100 persen bakal berhasil hamil. Tapi, prosedur ini bisa jadi pilihan yang bagus buat perempuan yang pengen punya anak di masa depan, tapi belum siap sekarang. Apalagi, dengan teknologi yang semakin canggih, tingkat keberhasilan egg freezing juga semakin tinggi.
Semoga cerita Selvi Kitty dan penjelasan tentang egg freezing ini bermanfaat ya, Bun! Kalau Bunda tertarik buat cari tahu lebih lanjut, jangan ragu buat konsultasi ke dokter kandungan.